Minggu, 12 Agustus 2012

PTK BAHASA INDONESIA KELAS IV SD


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
1.      Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Untuk dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar diperlukan adanya petunjuk. Salah satu petunjuk itu ada dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia yang menerapkan materi pokok membaca dan menulis. Jika siswa tidak menguasai membaca dan menulis dengan baik maka siswa tidak akan kesulitan dalam menguasai dan menerima materi yang ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dari hal - hal yang dikemukakan diatas, guru kelas mendapat masalah pada kegiatan membaca terutama membaca petunjuk telepon. Membaca disini ditekankan pada membaca teknik, namun bahan bacaan berupa petunjuk pepggunaan pesawat telepon. Kegiatan disini butuh keberanian siswa sehingga mampu memahami dan mempraktikkan dalam bertelepon.
Tetapi siswa-siswi di kelas IV A SDN 1 Glagah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo pada saat guru mengadakan evaluasi akhir belum mampu melaksanakan kegiatan penggunaan pesawat telepon dengan benar. Terbukti dari 40 siswa yang mampu baru 10 anak sedangkan 30 yang lainnya dalam menggunakan pesawat telepon belum lancar, bahkan ada yang hanya diam saja.
Dengan demikian proses evaluasi dan penilaian yang dilaksanakan oleh guru masih sangat kurang hasilnya. Sehingga untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam membaca petunjuk penggunaan pesawat telepon guru melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani dkk, 2002).

2.      Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan hasil evaluasi pada akhir perabelajaran Bahasa Indonesia tentang petunjuk pengunaan pesawat telepon ternyata yang dapat menguasai pelajaran hanya 25% siswa. Sehingga masih banyak siswa yang memperoleh nilai kurang dari 80.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti melakukan refleksi diri dan minta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil refleksi dan diskusi guru mendapat beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:
a.       Kepasifan siswa dalam mengikuti pelajaran
b.      Sulitnya siswa dalam menguasai materi pelajaran, sehingga suasana proses pembelajaran dikelas menjadi tidak menyenangkan.

3.      Analisis Masalah
Berdasarkan pengalaman dan diskusi dengan teman sejawat serta berkonsultasi dengan supervisor serta pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung diketahui bahwa :
a.        Faktor penyebab pasifnya siswa dalam pembelajaran adalah :
1)      Siswa merasa tidak mampu pada materi.
2)      Metode pembelajaran yang disajikan kurang bervariasi.
b.        Penyebab kesulitan siswa dalam penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia adalah:
1)      Penyajian mata pelajaran tidak menggunakan alat peraga atau media yang memadai.
2)      Kurang keberanian siswa untuk mencoba membaca.



B.       Rumusan Masalah
Melalui refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat dilanjutkan konsultasi dengan supervisor, maka penyebab siswa mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena siswa pasif dan sulit dalam menguasai mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi rumusan masalah adalah :
“Bagaimana meningkatkan keterampilan komunikasi lisan dengan pesawat telepon yang efektif agar dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran?”

C.      Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian perbaikan ini adalah :
a.         Untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dalam menggunakan pesawat telepon.
b.         Untuk meningkatkan keberanian siswa dalam menggunakan pesawat telepon.
c.         Selain itu, laporan ini penulis susun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional pada Program S-I PGSD.

D.      Manfaat Penelitian Perbaikan
Penelitian perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon. Manfaat yang bisa diambil baik selama pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan diantaranya :
a.        Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan alat peraga yang memadai.
b.        Bagi Siswa
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran memberi nilai lebih bagi siswa karena siswa menjadi tahu bagaimana cara menggunakan telepon.
c.        Bagi instansi pendidikan
Laporan ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan bila menemukan permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya disekolah dasar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan peserta didik, meciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat. Dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia dianjurkan melaksanakan prinsip kontekstual, integrative, dan fungsional.
1.    Prinsip Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual terdiri tujuh komponen untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya (Purnawan Kristanto, 2006).
Konstruktivisme (Constructivism) adalah siswa membangun pengetahuan sendiri pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisiik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya (Purnawan Kristanto, 2006).
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian kepada aspek yang belum diketahuinya
Inkuiri (Inquiry) adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: merumuskan masalah, mengamati/melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil, dan mengkomunikasikan kepada pembaca (Purnawan Kristanto, 2006).
Masyarakat belajar (Learning Community) adalah pembelajaran dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama (Purnawan Kristanto, 2006).
Pemodelan (Modeling) dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan model atau contoh yang perlu ditiru. Pemodelan dapat dilakukan oleh guru, orang lain (ahli), atau siswa sendiri.
Refleksi (Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang baru dilakukan. Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan atau pengetahuan yang baru diterima (Purnawan Kristanto, 2006).
Penilaian yang sebenarnya {Authentic Assessment) dilakukan dengan mengamati peserta. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil. Penilaian bukan hanya oleh guru, melainkan bisa juga dari teman atau orang lain. Asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, berkesinambungan,   terintegrasi, dan yang diukur keterampilan performansi (Purnawan Kristanto, 2006).
2.      Prinsip Integratif
Pembelajaran bahasa hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia harus secara terpadu atau terintegratif. Dalam mengajarkan kosakata, bisa dipadukan pada pembelajaran membaca, menulis, atau berbicara. Mengajarkan kalimat, bisa dipadukan dengan menyimak, berbicara, membaca, atau menulis. Demikianlah pula pada saat pembelajaran keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan, tidak hanya mengajarkan berbicara saja, tetapi secara tidak langsung diajarkan menyimak. Kegiatan berbicara tidak dapat berlangsung tanpa ada kegiatan menyimak. Begitu pula pada saat pembelajaran menulis atau mengarang berlangsung, akan berpadu pulalah dengan pembelajaran membaca. Jadi jelaslah, bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dapat disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia harus diajarkan secara terpadu (Purnawan Kristanto, 2006).
3.      Prinsip Fungsional
Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Jadi pembelajaran didasarkan pada multisumber, Dengan kata lain, sumber belajar terdiri atas guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan terdekat adalah kelas. Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini adalah melatih siswa menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan (Purnawan Kristanto, 2006).
4.      Prinsip Apresiatif
Prinsip apresiatif lebih ditekankan pada pembelajaran sastra. Apresiasi berarti "penghargaan". Dalam pembelajaran bahasa istilah apresiatif dimaknai yang "menyenangkan". Jadi prinsip apresiatif berarti prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Purnawan Kristanto, 2006).
Kalau siswa terlihat senang, gembira, pembelajaran itu dapat   dikatakan menyenangkan. Atau siswa kita terlihat memberikan respons-respons ketika kita mengajarkan sastra. Ini berarti mereka sudah dapat memberikan penghargaan terhadap apa yang dibaca dan didengarkannya.

B.       Komunikasi Lisan
Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata (bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat. Proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat komponen, yaitu
1.         Komunikator, Sumber Komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil  inisiatif
2.         Pesan, berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan) gesture dll.
3.         Media atau Saluran Komunikasi, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan.
4.         Komunikan atau Penerima Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang yaag menjadi sasaran penerima pesan.
Di samping keempat elemen tersebut, masih ada tiga elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni
1.         Dampak/Akibat/Hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
2.         Umpan balik (feedback), yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.
3.         Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.

C.      Media pembelajaran Komunikasi Lisan
Media dapat dibedakan berdasarkan keadaanya menjadi media canggih dan media sederhana. Media canggih adalah media yang hanya dapat dibuat di pabrik karena terdiri dari komponen - komponen yang rumit dan biasanya memerlukan listrik dalam penyajiannya. Sedang media sederhana merupakan media yang dapat dibuat sendiri dan biasanya tidak memerlukan listrik untuk penyajiannya (Setiawan Deni, 2005).
Proses pembelajaran bermula dari persiapan seorang guru menyampaikan rencana pembelajaran dikelas, kemudian terjadi peristiwa pembelajaran sebagai berikut:
-          pemilihan materi pembelajaran
-          pemilihan metode yang sesuai dengan keadaan siswa
-          Kegiatan pembelajaran
-          Evaluasi belajar sebagai indikator keberhasilan pembelajaran.
Komunikasi lisan auaiah Salah saiu alat komunikasi melalui bahasa lisan yang dapat digunakan saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Model pembelajaran komunikasi lisan dapat dilakukan dengan cara :
-          Dialog ( percakapan)
-          Ceramah (pembicaraan)
Sedang aspek-aspek seperti tata bahasa, kosakata dan pelajaran penting dalam komunikasi lisan. Dan yang tidak kalah penting adalah berbicara dan ketepatan berekspresi (Santoso Puji dkk, 2007).
Media yang digunakan dalam komunikasi lisan terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah telepon, radio, surat, surat kabar, email, SMS, TV atau gelombang udara. Semua hal diatas sangat penting dalam komunikasi dengan seseorang.

D.      Pembelajaran Pengoperasian Alat Komunikasi Telepon Bagi Siswa.
Media telepon sekarang bukanlah hal yang istimewa namun bagi sebagian siswa yang tinggal di pedesaan belum semua bisa menikmati alat itu. Menurut De Cocco dan Grawford ( 1974 ) seorang guru memiliki beberapa peran. Salah, satu diantaranya adalah membangkitkan semangat siswa. Untuk itu guru menggunakan peraga telepon agar siswa tidak merasa bosan.
Dengan mengoperasikan alat komunikasi telepon siswa diajak untuk mencoba menggunakan HP dalam berkomunikasi secara lisan baik dengan guru maupun teman. Dan juga telepon rumah juga dioperasikan untuk melihat kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan. Dengan harapan agar siswa bisa meningkatkan keterampilan intelektual (Intellectual Skill). Keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menentukan siswa untuk melakukan kegiatan kognitip.
Cara menggunakan pesawat telepon :
1.           Angkatlah gagang telepon.
2.           Posisikan bagian gagang telepon pada telinga dan yang untuk berbicara dimulut. Jangan sampai terbalik.
3.           Dengarkan nada panggil. Jika tidak ada nada panggil, berarti telepon tidak bisa digunakan.
4.           Tekan nomor telepon yang akan dituju.
5.           Tunggulah sampai terdengar suara halo atau suara dari orang yang dituju.
6.           Setelah terdengar suara halo, mulailah berbicara.


 

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.      Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon di kelas IV A SDN 1 Glagah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo dengan jadwal sebagai berikut:
1.      Siklus I, Jum’at, 12 Februari 2010
2.      Siklus II, Jum’at, 19 Februari 2010

B.       Diskusi Persiklus
I.          Rencana
Mengacu pada analisis dan rumusan masalah yang telah ada, dapat disusun rencana perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia guna mengatasi masalah sehingga hasil yang akan diperoleh akan lebih baik dari sebelumnya. Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah guru membacakan urutan petunjuk dalam penggunaan telepon. Siswa mendengarkan dengan cermat setiap pembacaan terutama mengenai cara bertelepon.
Siswa membaca berlatih untuk menggunakan petunjuk penggunaan telepon dan bertelepon langsung dengan alat yang sederhana. Rencana tindakan ini berpedoman pada rencana pembelajaran sebelumnya dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1.      Siklus I
Perbaikan pembelajaran pada tahap ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran sebelumnya yang dinilai belum mencapai nilai yang diharapkan sebab hasilnya masih terlalu rendah. Pada siklus ini sebelum dilaksanakan guru terlebih dahulu membuat rencana perbaikan pembelajaran sebagai berikut:
a.       Kegiatan Awal
Terlebih dahulu mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengulas sedikit materi yang lalu.
b.      Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini guru memberi contoh cara menggunakan telepon yang benar. Kemudian kelas dibagi dalam kelompok. Bersama kelompoknya siswa mendiskusikan cara menggunakan telepon.
c.       Kegiatan akhir
Guru menyuruh siswa maju secara berpasangan saling menelepon. Guru melakukan penilaian.
d.      Kegiatan observasi
Selama perbaikan pembelajaran dilaksanakan guru dibantu dengan teman sejawat melakukan pengamatan, dan ditemukan masih ada beberapa siswa yang mendapatkan hasil yang nilainya rendah.
e.       Kegiatan diskusi
"Melihat hasil evaluasi yang belum mencapai target guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuk menentukan    tindakan selanjutnya. Dari hasil diskusi guru memutuskan untuk melaksanakan tindakan perbaikan siklus II.
2.        Siklus II
Sebelum guru melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II terlebih dahulu guru sebagai peneliti dan pelaksana dalam perbaikan pembelajaran ini berdiskusi dengan teman sejawat serta berkonsultasi dengan supervisor untuk menentukan langkah yang harus diambil guna perbaikan pembelajaran berikutnya.
Setelah ditemukan kekurangan-kekurangan pada perbaikan pembelajaran siklus I, guru sebagai peneliti dan pelaksana berusaha untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut sehingga hasil yang diperoleh lebih meningkat.




      II.               Pelaksanaan
Langkah-langkah dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon, dimana setiap satu siklus tindakan dilakukan dalam waktu 2 x 35 menit, terdiri dari perencanaan tindakan dari kegiatan awai sampai akhir disertai kegiatan pengamatan. Dengan dibantu teman sejawat yang tugasnya membantu mengamati selama pelaksanaan perbaikan, guru melaksanakan perbaikan untuk mengatasi siswa yang masih kurang tepat dalam penggunaan pesawat telepon sehingga mengakibatkan rendahnya hasil evaluasi. Maka pelaksanaan yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Siklus I
a.       Kegiatan Awal
Terlebih dahulu mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengulas sedikit materi yang lalu.
b.      Kegiatan inti
Guru menjelaskan kembali materi pelajaran dan memberi petunjuk cara menggunakan pesawat telepon yang tepat. Setelah tidak ada pertanyaan dari siswa guru memberi tugas secara berkelompok untuk mendiskusikan petunjuk penggunaan pesawat telepon yang tepat.
c.       Kegiatan akhir
-       Siswa mengerjakan tes yang sudah disediakan.
-       Guru mengadakan penilaian dan memberi pekerjaan rumah
d.      Kegiatan observasi
Dengan bantuan teman sejawat guru melakukan pengamatan selama proses perbaikan. Ternyata hasil evaluasi yang didapat hasilnya belum maksimal.
e.       Kegiatan diskusi
Melihat hasil evaluasi yang belum mencapai target guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuk menentukan tindakan selanjutnya. Dari hasil diskusi guru memutuskan untuk melaksanakan tindakan perbaikan siklus II.

2.      Sikus II
a.       Kegiatan awal
Guru mengabsen siswa, mengulas materi yang lalu dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberi motifasi
b.      Kegiatan inti
Guru menyampaikan materi dengan menggunakan peraga langsung cara menelepon (pesawat telepon langsung). Siswa dibagi dalam enam kelompok setiap kelompok maju dua siswa untuk mewakili mencoba pesawat telepon yang ada. Bersama-sama membuat kesimpulan penggunaan pesawat telepon yang benar.
c.       Kegiatan akhir
Siswa secara bergiliran mencoba untuk menelepon dengan pesawat yang ada. Guru mengadakan penilaian
d.      Pengamatan / observasi
Dengan bantuan teman sejawat guru mengadakan observasi selama proses perbaikan, ternyata tidak ditemukan banyak masalah. Dengan peraga langsung siswa lebih aktif dalam pembelajaran semakin bagus.
e.       Diskusi
Hasil yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus II hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan siklus I. meskipun hasil yang diperoleh sudah meningkat tetapi guru tetap berdiskusi dengan teman sejawat dan konsultasi dengan supervisor. Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah berhasil.



C.      Pengamatan / Pengumpulan data Instrumen
Berdasarkan pengamatan guru yang dibantu oleh teman sejawat pada proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus diperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi fokus perbaikan yaitu :
1.         Siklus I
a.         Proses pengamatan
Data umum yang diperoleh peneliti bersama teman sejawat saat proses pembeiajaran Bahasa Indonesia tentang petunjuk penggunaan pesawat telepon yaitu ternyata siswa kurang menguasai materi pelajaran pada akhir pembelajaran dengan hasil yang diperoleh siswa pada tes masih kurang memuaskan, terbukti masih ada 21 siswa yang mendapatkan nilai dibawah 80. Berdasarkan hasil analisis pengamatan perbaikan pembelajaran siswa dengan materi petunjuk penggunaan telepon diperoleh data sebagai berikut:
1.    Baru enam siswa yang dapat menggunakan telepon dengan baik.
2.    Masih ada 21 siswa dari 27 siwa yang belum tepat dalam penggunaan pesawat telepon.
b.        Hasil belajar
Pada siklus 1 perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia berjalan sesuai rencana. Meskipun setelah dianalisis masih ada anak yang belum mendapat hasil yang memuaskan. Disini disajikan tabel nilai untuk siklus I
Nilai
Jumlah siswa
Jumlah nilai
60
10
80
90
18
3
4
2
1.080
300
320
180
Jumlah
27
1790
Rata-rata
63,33

Berdasarkan data tentang perolehan nilai siswa di atas dapat dikatakan perbaikan pembelajaran pada siklus I belum berhasil sehingga perbaikan pembelajaran pada siklus 1 belum berhasil. Sehingga perbaikan pembelajaran dilanjutkan ke siklus II.
2.         Siklus II
a.         Proses pengamatan
Pada evaluasi akhir perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon siklus II dengan menggunakan pesawat telepon langsung, ternyata dapat meningkatkan penguasaan siswa pada materi. Siswa merasa lebih bisa mengerti materi, merasa lebih jelas biasa menggunakan pesawat telepon langsung sehingga nilai yang diperoleh baik semua.
b.        Hasil belajar.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. dari hasil perbaikan dapat diperoleh data sebagai berikut:
Nilai
Jumlah siswa
Jumlah nilai
7
8
9
6
15
6
420
1200
540
Jumlah
27
2160
Rata-rata kelas
80
Dari data di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah bisa menggunakan pesawat telepon dengan tepat. Karena bisa dibuktikan pada hasil akhir perbaikan, nilai yang didapat di atas 80. Dengan demikian sudah ada peningkatan ketuntasan belajar.

D.      Refleksi
Dengan bantuan teman sejawat guru mengadakan diskusi dan merefleksi diri untuk mencari solusi guna memecahkan masalah dalam pembelajaran. Usaha untuk perbaikan pembelajaran dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan. Pada siklus I guru memusatkan perhatian pada siswa yang belum menguasai materi pelajaran yang membuat rendahnya hasil evaluasi pada ulangan akhir.
Dengan bantuan teman sejawat guru melakukan observasi dan ditemukan bahwa selama perbaikan sebagian besar siswa kurang memperhatikan materi. Meskipun sudah diupayakan dengan kerja kelompok tetapi hasil evaluasi belum mencapai target yang diharapkan. Kemudian guru mengupayakan untuk mengadakan perbaikan pada siklus II.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan guru dengan lebih memperhatikan kepada siswa yang nilainya belum mencapai 8, artinya belum menguasai materi. Dengan memberi semangat dan pujian kepada siswa agar mau mencoba menggunakan pesawat telepon yang tersedia untuk mendapatkan nilai yang diharapkan. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung guru dan teman sejawat melakukan observasi, dan ditemukan bahwa memberi motivasi dapat menguatkan siswa serta menggunakan peraga langsung (pesawat telepon) yang baik menjadikan siswa lebih perhatian terhadap materi pelajaran. Dibuktikan dengan hasil evaluasi pada siklus II lebih baik dibandingkan pada siklus I.



















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      DESKRIPSI PER SIKLUS
Pada perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam dua siklus ini, guru dapat memperoleh data yang berwujud nilai dimana nilai tersebut adalah hasil evaluasi akhir siklus I dan siklus II.
Saat siklus I dilaksanakan dengan harapan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran meningkat, sehingga hasil evaluasi diharapkan lebih baik. Meskipun telah diupayakan dengan kerja kelompok namun hasil yang didapat masih belum seperti yang diharapkan, kemudian dilanjutkan ke perbaikan pembelajaran siklus II.
Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari siklus I dengan materi yang sama yaitu petunjuk penggunaan pesawat telepon. Pada siklus ini guru lebih menekankan pada motivasi serta pujian dan semangat kepada siswa agar dalam menggunakan telepon lebih mantap dan percaya diri. Pada siklus II sudah menunjukkan perbaikan ke arah keberhasilan dilihat dari hasil evaluasi jauh lebih baik dari siklus I.
Adapun hasil pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1.      Siklus I
Setelah melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang keterampilan komunikasi lisan menggunakan media telepon di kelas IV SD N 1 Glagah diperoleh data hasil evaluasi sebagai berikut:
            Tabel 1. Nilai Siklus I
            Nilai
Jumlah Siswa
Jumlah Nilai
60
18
1080
70
3
210
80
4
320
90
2
180
100
0
0
JML
27
1790
Rata-rata

66,30

Gambar 1. Diagram Batang Nilai Siklus I
            Berdasarkan hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I dari 27 siswa kelas IV masih terdapat 18 dari siswa yang mendapatkan nilai di bawah 80. Ini menunjukkan bahwa 77,77% siswa belum sepenuhnya memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu peneliti mengambil tindakan untuk melanjutkan perbaikan pembelajaran ke Siklus II.
2.      Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I dan dan pelaksanaan perbaikan sesuai dengan rencana siklus II didapati hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Siklus II
Nilai
Jumlah Siswa
Jumlah Nilai
60
0
0
70
6
420
80
15
1200
90
6
540
100
0
0
JML
27
2160
Rata-rata

80,00

Gambar 2. Diagram batang nilai Siklus II

1.      Hasil siklus I siswa yang mendapatkan nilai dibawah 80 masih sebanyak 21 anak dari 27 siswa, sedangkan pada siklus II 21 siswa telah bisa mendapatkan nilai 80 ke atas.
2.      Hasil siklus I prosentase ketuntasan pelajar hanya 66,33% sedang pada siklus II prosentase yang diperoleh 80 %, berarti terjadi peningkatan ketuntasan belajar.

B.       PEMBAHASAN DARI SET1AP SIKLUS
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menjelaskan petunjuk penggunaan pesawat telepon di kelas IV A SDN 1 Glagah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan sebagai berikut.
1.         Siklus I
Dalam siklus pertama siswa yang berjumlah 27 dibagi menjadi 7 kelompok tiap kelompok beranggota ada yang 4 dan 3 siswa. Selanjutnya guru menjelaskan cara menggunakan pesawat telepon dengan membacakan petunjuknya. Kemudian siswa bersama dengan kelompok untuk mendiskusikan. Namun pada saat itu hasil yang diperoleh masih sangat rendah, ini dikarenakan ada beberapa siswayang kurang aktif dalam kerja kelompok. Dan juga siswa kurang memperhatikan mated yang dibahas.
Dengan demikian hasil evaluasi yang diperoleh belum menunjukkan ke arah perbaikan. Sehingga guru berkonsultasi dan berdiskusi untuk mencari solusi yang tepat agar ada peningkatan yang lebih berarti kemudian dilakukan tindak lanjut yaitu perbaikan pembelajaran siklus II.
2.      Siklus II
Dalam pelaksanaan siklus II guru mengambil sikap untuk menfokuskan kepada penggunaan peraga langsung berupa pesawat telepon, serta memberi motivasi dan pujian dengan harapan siswa lebih menguasai materi serta dapat menggunakan pesawat telepon dengan baik. Setelah dilaksanakan evaluasi akhir ternyata anak kelihatan lebih percaya diri dalam menggunakan pesawat telepon dan hasil penilaian yang diperoleh hasil jauh lebih baik dari siklus I. Ternyata pembelajaran siklus II ini dapat meningkatkan keberanian siswa dalam menggunakan telepon serta dapat menimbulkan rasa percaya did siswa.















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      KESIMPULAN
Setelah mengadakan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi penggunaan pesawat telepon sebagai pelaksana kegiatan dapat menyimpulkan beberapa hal:
1.         Penggunaan alat peraga langsung seperti pesawat telepon dapat meningkatkan keterampilan komunikasi lisan.
2.         Pemberian motivasi, pujian dapat menimbulkan rasa percaya diri bagi siswa.

B.       SARAN
Dalam upaya peningkatan hasil belajar yang berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru, diantaranya yairu:
1.         Penggunaan bermacam-macam metode, strategi belajar mengajar serta pendekatan multi media akan menghasilkan suasana belajar yang sehat dan menyenangkan sehingga membuat siswa termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
2.         Guru harus bisa meramu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pcrkembangan anak.
3.         Usahakan dalam memberikan penjelasan guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.
4.         Guru bertindak sebagai fasilitator untuk membina dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
5.         Guru harus selalu membuka diri dari pembaharuan-pembaharuan pembelajaran dan tidak segan untuk bertukar pikiran serta pengalaman untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam tugas mengajar sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk, 2007, Pemantapan Kemampuan Professional Jakarta, Universitas Terbuka.

Deni, Setiawan, 2007, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka

Dwi Lestari, dkk. (2004), Bahasa dan Sastra III, Klaten, Intan Pariwara. KTSP. P.87

Hernawan, Asep Herry, dkk, 2006, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta, Universitas terbuka.

Purnawan kristanto, 2006, Memahami Proses Komunikasi, http://www.sabdaspace.org/memahami proses komunikasi

Santoso, Puji, dkk, 2006, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Subagyo,dkk, 2006,  Terampil Bahasa Indonesia  Untuk SD Kelas IV, Jakarta, Bengawan Ilmu.


Wardani, IGAK, 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka.

_______.2004, Jaringan Tema KBK.