BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
1.
Latar Belakang Masalah
Bahasa
merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Untuk dapat menggunakan bahasa
yang baik dan benar diperlukan adanya petunjuk. Salah satu petunjuk itu ada
dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia yang menerapkan
materi pokok membaca dan menulis. Jika siswa tidak menguasai membaca dan
menulis dengan baik maka siswa tidak akan kesulitan dalam menguasai dan
menerima materi yang ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dari
hal - hal yang dikemukakan diatas, guru kelas mendapat masalah pada kegiatan
membaca terutama membaca petunjuk telepon. Membaca disini ditekankan pada
membaca teknik, namun bahan bacaan berupa petunjuk pepggunaan pesawat telepon.
Kegiatan disini butuh keberanian siswa sehingga mampu memahami dan
mempraktikkan dalam bertelepon.
Tetapi
siswa-siswi di kelas IV A SDN 1 Glagah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo
pada saat guru mengadakan evaluasi akhir belum mampu melaksanakan kegiatan
penggunaan pesawat telepon dengan benar. Terbukti dari 40 siswa yang mampu baru
10 anak sedangkan 30 yang lainnya dalam menggunakan pesawat telepon belum
lancar, bahkan ada yang hanya diam saja.
Dengan
demikian proses evaluasi dan penilaian yang dilaksanakan oleh guru masih sangat
kurang hasilnya. Sehingga untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam membaca
petunjuk penggunaan pesawat telepon guru melaksanakan perbaikan pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas.
Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani dkk,
2002).
2.
Identifikasi Masalah
Dengan
memperhatikan hasil evaluasi pada akhir perabelajaran Bahasa Indonesia tentang
petunjuk pengunaan pesawat telepon ternyata yang dapat menguasai pelajaran
hanya 25% siswa. Sehingga masih banyak siswa yang memperoleh nilai kurang dari
80.
Berdasarkan
hal tersebut di atas, peneliti melakukan refleksi diri dan minta bantuan teman
sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dari hasil refleksi dan diskusi guru mendapat beberapa masalah
yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:
a. Kepasifan siswa dalam mengikuti pelajaran
b. Sulitnya siswa dalam menguasai materi pelajaran, sehingga
suasana proses pembelajaran dikelas menjadi tidak menyenangkan.
3.
Analisis Masalah
Berdasarkan
pengalaman dan diskusi dengan teman sejawat serta berkonsultasi dengan
supervisor serta pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung diketahui
bahwa :
a.
Faktor penyebab
pasifnya siswa dalam pembelajaran adalah :
1) Siswa merasa tidak mampu pada materi.
2) Metode pembelajaran yang disajikan kurang bervariasi.
b.
Penyebab kesulitan
siswa dalam penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia adalah:
1) Penyajian mata pelajaran tidak menggunakan alat peraga atau
media yang memadai.
2) Kurang keberanian siswa untuk mencoba membaca.
B.
Rumusan Masalah
Melalui refleksi diri dan diskusi dengan teman
sejawat dilanjutkan konsultasi dengan supervisor, maka penyebab siswa
mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena siswa pasif dan sulit dalam
menguasai mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi rumusan
masalah adalah :
“Bagaimana meningkatkan
keterampilan komunikasi lisan dengan pesawat telepon yang efektif agar dapat
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran?”
C.
Tujuan Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian
perbaikan ini adalah :
a.
Untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi siswa dalam menggunakan pesawat telepon.
b.
Untuk meningkatkan
keberanian siswa dalam menggunakan pesawat telepon.
c.
Selain itu, laporan
ini penulis susun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional pada Program S-I PGSD.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan
Penelitian perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
materi petunjuk penggunaan pesawat telepon. Manfaat yang bisa diambil baik
selama pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan diantaranya :
a.
Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran
dengan alat peraga yang memadai.
b.
Bagi Siswa
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran memberi nilai lebih bagi
siswa karena siswa menjadi tahu bagaimana cara menggunakan telepon.
c.
Bagi instansi
pendidikan
Laporan ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan bila
menemukan permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya disekolah dasar.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan, yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan peserta
didik, meciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam
kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam,
dan belajar melalui berbuat. Dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi
pembelajaran bahasa Indonesia dianjurkan melaksanakan prinsip kontekstual, integrative,
dan fungsional.
1.
Prinsip Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual terdiri tujuh komponen untuk
pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya (Purnawan Kristanto,
2006).
Konstruktivisme
(Constructivism) adalah siswa membangun pengetahuan sendiri pengetahuan
yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran
dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih
secara fisiik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan
sebagainya (Purnawan Kristanto, 2006).
Bertanya
merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Tujuan
bertanya adalah untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian kepada aspek yang belum diketahuinya
Inkuiri
(Inquiry) adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang
diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Kegiatan inkuiri
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: merumuskan masalah,
mengamati/melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil, dan
mengkomunikasikan kepada pembaca (Purnawan Kristanto, 2006).
Masyarakat
belajar (Learning Community) adalah pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama (Purnawan
Kristanto, 2006).
Pemodelan
(Modeling) dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan model
atau contoh yang perlu ditiru. Pemodelan dapat dilakukan oleh guru, orang lain
(ahli), atau siswa sendiri.
Refleksi
(Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir ke belakang tentang apa yang baru dilakukan. Refleksi juga merupakan
tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan atau pengetahuan yang baru
diterima (Purnawan Kristanto, 2006).
Penilaian
yang sebenarnya {Authentic Assessment) dilakukan dengan mengamati
peserta. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil.
Penilaian bukan hanya oleh guru, melainkan bisa juga dari teman atau orang
lain. Asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung, berkesinambungan, terintegrasi,
dan yang diukur keterampilan performansi
(Purnawan Kristanto, 2006).
2.
Prinsip Integratif
Pembelajaran
bahasa hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa
Indonesia harus secara terpadu atau terintegratif. Dalam mengajarkan kosakata,
bisa dipadukan pada pembelajaran membaca, menulis, atau berbicara. Mengajarkan
kalimat, bisa dipadukan dengan menyimak, berbicara, membaca, atau menulis.
Demikianlah pula pada saat pembelajaran keempat aspek keterampilan berbahasa
disajikan, tidak hanya mengajarkan berbicara saja, tetapi secara tidak langsung
diajarkan menyimak. Kegiatan berbicara tidak dapat berlangsung tanpa ada
kegiatan menyimak. Begitu pula pada saat pembelajaran menulis atau mengarang
berlangsung, akan berpadu pulalah dengan pembelajaran membaca. Jadi jelaslah,
bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dapat disajikan secara terpisah-pisah.
Pembelajaran bahasa Indonesia harus diajarkan secara terpadu (Purnawan
Kristanto, 2006).
3.
Prinsip Fungsional
Prinsip
fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep
pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif
mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Jadi pembelajaran
didasarkan pada multisumber, Dengan kata lain, sumber belajar terdiri atas
guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan terdekat adalah kelas.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini adalah melatih
siswa menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan (Purnawan Kristanto, 2006).
4.
Prinsip Apresiatif
Prinsip
apresiatif lebih ditekankan pada pembelajaran sastra. Apresiasi berarti
"penghargaan". Dalam pembelajaran bahasa istilah apresiatif dimaknai
yang "menyenangkan". Jadi prinsip apresiatif berarti prinsip
pembelajaran yang menyenangkan (Purnawan Kristanto, 2006).
Kalau
siswa terlihat senang, gembira, pembelajaran itu dapat dikatakan menyenangkan. Atau siswa kita
terlihat memberikan respons-respons ketika kita mengajarkan sastra. Ini berarti
mereka sudah dapat memberikan penghargaan terhadap apa yang dibaca dan
didengarkannya.
B.
Komunikasi Lisan
Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar
di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Di
dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata
(bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan
menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah,
nada bicara dan tekanan kalimat. Proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat
komponen, yaitu
1.
Komunikator, Sumber
Komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau
suatu organisasi yang mengambil
inisiatif
2.
Pesan, berupa lambang
atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan) gesture dll.
3.
Media atau Saluran
Komunikasi, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan.
4.
Komunikan atau
Penerima Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang yaag menjadi sasaran
penerima pesan.
Di samping keempat elemen
tersebut, masih ada tiga elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses
komunikasi, yakni
1.
Dampak/Akibat/Hasil
yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
2.
Umpan balik (feedback),
yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan
yang diterimanya.
3.
Gangguan (noise) yakni
faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran proses komunikasi.
C.
Media
pembelajaran Komunikasi Lisan
Media dapat dibedakan berdasarkan keadaanya
menjadi media canggih dan media sederhana. Media canggih adalah media yang
hanya dapat dibuat di pabrik karena terdiri dari komponen - komponen yang rumit
dan biasanya memerlukan listrik dalam penyajiannya. Sedang media sederhana
merupakan media yang dapat dibuat sendiri dan biasanya tidak memerlukan listrik
untuk penyajiannya (Setiawan Deni, 2005).
Proses pembelajaran bermula dari persiapan
seorang guru menyampaikan rencana pembelajaran dikelas, kemudian terjadi
peristiwa pembelajaran sebagai berikut:
-
pemilihan materi
pembelajaran
-
pemilihan metode yang
sesuai dengan keadaan siswa
-
Kegiatan pembelajaran
-
Evaluasi belajar
sebagai indikator keberhasilan pembelajaran.
Komunikasi
lisan auaiah Salah saiu alat komunikasi melalui bahasa lisan yang dapat digunakan saling berhubungan, saling berbagi
pengalaman, saling belajar untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Model
pembelajaran komunikasi lisan dapat dilakukan dengan cara :
-
Dialog ( percakapan)
-
Ceramah (pembicaraan)
Sedang
aspek-aspek seperti tata bahasa, kosakata dan pelajaran penting dalam
komunikasi lisan. Dan yang tidak kalah penting adalah berbicara dan ketepatan
berekspresi (Santoso Puji dkk, 2007).
Media
yang digunakan dalam komunikasi lisan terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah telepon, radio, surat, surat kabar, email, SMS, TV atau gelombang udara.
Semua hal diatas sangat penting dalam komunikasi dengan seseorang.
D.
Pembelajaran
Pengoperasian Alat Komunikasi Telepon Bagi Siswa.
Media telepon sekarang bukanlah hal yang
istimewa namun bagi sebagian siswa yang tinggal di pedesaan belum semua bisa
menikmati alat itu. Menurut De Cocco dan Grawford ( 1974 ) seorang guru memiliki
beberapa peran. Salah, satu diantaranya adalah membangkitkan semangat siswa.
Untuk itu guru menggunakan peraga telepon agar siswa tidak merasa bosan.
Dengan mengoperasikan alat komunikasi telepon
siswa diajak untuk mencoba menggunakan HP dalam berkomunikasi secara lisan baik
dengan guru maupun teman. Dan juga telepon rumah juga dioperasikan untuk
melihat kemampuan siswa dalam berkomunikasi lisan. Dengan harapan agar siswa bisa
meningkatkan keterampilan intelektual (Intellectual Skill). Keterampilan
intelektual adalah kemampuan yang menentukan siswa untuk melakukan kegiatan
kognitip.
Cara
menggunakan pesawat telepon :
1.
Angkatlah gagang
telepon.
2.
Posisikan bagian
gagang telepon pada telinga dan yang untuk berbicara dimulut. Jangan sampai
terbalik.
3.
Dengarkan nada
panggil. Jika tidak ada nada panggil, berarti telepon tidak bisa digunakan.
4.
Tekan nomor telepon
yang akan dituju.
5.
Tunggulah sampai
terdengar
suara halo atau suara dari orang yang dituju.
6.
Setelah terdengar
suara halo, mulailah berbicara.
BAB
III
PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon di kelas IV A SDN 1
Glagah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo dengan jadwal sebagai berikut:
1. Siklus I, Jum’at, 12 Februari 2010
2. Siklus II, Jum’at, 19 Februari 2010
B. Diskusi Persiklus
I.
Rencana
Mengacu pada analisis dan
rumusan masalah yang telah ada, dapat disusun rencana perbaikan pembelajaran
Bahasa Indonesia guna mengatasi masalah sehingga hasil yang akan diperoleh akan
lebih baik dari sebelumnya. Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah guru membacakan urutan petunjuk dalam penggunaan
telepon. Siswa mendengarkan dengan cermat setiap pembacaan terutama mengenai
cara bertelepon.
Siswa membaca berlatih untuk
menggunakan petunjuk penggunaan telepon dan bertelepon langsung dengan alat
yang sederhana. Rencana tindakan ini berpedoman pada rencana pembelajaran
sebelumnya dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1.
Siklus I
Perbaikan pembelajaran pada tahap ini bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran sebelumnya yang dinilai belum mencapai nilai yang
diharapkan sebab hasilnya masih terlalu rendah. Pada siklus ini sebelum
dilaksanakan guru terlebih dahulu membuat rencana perbaikan pembelajaran
sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
Terlebih dahulu mengabsen siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengulas sedikit materi yang lalu.
b.
Kegiatan inti
Dalam kegiatan ini guru memberi contoh cara menggunakan
telepon yang benar. Kemudian kelas dibagi dalam kelompok. Bersama kelompoknya
siswa mendiskusikan cara menggunakan telepon.
c.
Kegiatan akhir
Guru menyuruh siswa maju secara berpasangan saling menelepon.
Guru melakukan penilaian.
d. Kegiatan observasi
Selama perbaikan pembelajaran dilaksanakan guru dibantu
dengan teman sejawat melakukan pengamatan, dan ditemukan masih ada beberapa
siswa yang mendapatkan hasil yang nilainya rendah.
e. Kegiatan diskusi
"Melihat hasil evaluasi yang belum mencapai target
guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuk menentukan tindakan selanjutnya. Dari hasil diskusi
guru memutuskan untuk melaksanakan tindakan perbaikan siklus II.
2.
Siklus II
Sebelum guru melaksanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II terlebih dahulu guru sebagai peneliti dan
pelaksana dalam perbaikan pembelajaran ini berdiskusi dengan teman sejawat
serta berkonsultasi dengan supervisor untuk menentukan langkah yang harus
diambil guna perbaikan pembelajaran berikutnya.
Setelah ditemukan
kekurangan-kekurangan pada perbaikan pembelajaran siklus I, guru sebagai
peneliti dan pelaksana berusaha untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut
sehingga hasil yang diperoleh lebih meningkat.
II.
Pelaksanaan
Langkah-langkah dalam perbaikan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi petunjuk penggunaan pesawat
telepon, dimana setiap satu siklus tindakan dilakukan dalam waktu 2 x 35 menit,
terdiri dari perencanaan tindakan dari kegiatan awai sampai akhir disertai
kegiatan pengamatan. Dengan dibantu teman sejawat yang tugasnya membantu
mengamati selama pelaksanaan perbaikan, guru melaksanakan perbaikan untuk
mengatasi siswa yang masih kurang tepat dalam penggunaan pesawat telepon
sehingga mengakibatkan rendahnya hasil evaluasi. Maka pelaksanaan yang ditempuh
dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Kegiatan Awal
Terlebih dahulu mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan mengulas sedikit materi yang lalu.
b. Kegiatan inti
Guru menjelaskan kembali materi pelajaran dan memberi
petunjuk cara menggunakan pesawat telepon yang tepat. Setelah tidak ada
pertanyaan dari siswa guru memberi tugas secara berkelompok untuk mendiskusikan
petunjuk penggunaan pesawat telepon yang tepat.
c. Kegiatan akhir
- Siswa mengerjakan tes yang sudah disediakan.
- Guru mengadakan penilaian dan memberi pekerjaan rumah
d. Kegiatan observasi
Dengan bantuan teman sejawat guru melakukan pengamatan
selama proses perbaikan. Ternyata hasil evaluasi yang didapat hasilnya belum
maksimal.
e. Kegiatan diskusi
Melihat hasil evaluasi yang belum mencapai target guru
mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Dari hasil diskusi guru memutuskan untuk melaksanakan tindakan perbaikan siklus
II.
2.
Sikus II
a. Kegiatan awal
Guru mengabsen siswa, mengulas materi yang lalu dan
menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberi motifasi
b. Kegiatan inti
Guru menyampaikan materi dengan menggunakan peraga langsung
cara menelepon (pesawat telepon langsung). Siswa dibagi dalam enam kelompok
setiap kelompok maju dua siswa untuk mewakili mencoba pesawat telepon yang ada.
Bersama-sama membuat kesimpulan penggunaan pesawat telepon yang benar.
c. Kegiatan akhir
Siswa secara bergiliran mencoba untuk menelepon dengan
pesawat yang ada. Guru mengadakan penilaian
d. Pengamatan / observasi
Dengan bantuan teman sejawat guru mengadakan observasi
selama proses perbaikan, ternyata tidak ditemukan banyak masalah. Dengan peraga
langsung siswa lebih aktif dalam pembelajaran semakin bagus.
e. Diskusi
Hasil yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus II
hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan siklus I. meskipun hasil
yang diperoleh sudah meningkat tetapi guru tetap berdiskusi dengan teman
sejawat dan konsultasi dengan supervisor. Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa
perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah berhasil.
C.
Pengamatan / Pengumpulan
data Instrumen
Berdasarkan pengamatan guru yang dibantu oleh
teman sejawat pada proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua
siklus diperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi fokus perbaikan
yaitu :
1.
Siklus I
a.
Proses pengamatan
Data umum yang diperoleh peneliti bersama teman sejawat
saat proses pembeiajaran Bahasa Indonesia tentang petunjuk penggunaan pesawat telepon
yaitu ternyata siswa kurang menguasai materi pelajaran pada akhir pembelajaran
dengan hasil yang diperoleh siswa pada tes masih kurang memuaskan, terbukti
masih ada 21 siswa yang mendapatkan nilai dibawah 80. Berdasarkan hasil
analisis pengamatan perbaikan pembelajaran siswa dengan materi petunjuk
penggunaan telepon diperoleh data sebagai berikut:
1. Baru enam siswa yang dapat menggunakan telepon dengan baik.
2. Masih ada 21 siswa dari 27 siwa yang belum tepat dalam
penggunaan pesawat telepon.
b.
Hasil belajar
Pada siklus 1 perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia
berjalan sesuai rencana. Meskipun setelah dianalisis masih ada anak yang belum
mendapat hasil yang memuaskan. Disini disajikan tabel nilai untuk siklus I
Nilai
|
Jumlah siswa
|
Jumlah nilai
|
60
10
80
90
|
18
3
4
2
|
1.080
300
320
180
|
Jumlah
|
27
|
1790
|
Rata-rata
|
63,33
|
Berdasarkan data tentang
perolehan nilai siswa di atas dapat dikatakan perbaikan pembelajaran pada
siklus I belum berhasil sehingga perbaikan pembelajaran pada siklus 1 belum
berhasil. Sehingga perbaikan pembelajaran dilanjutkan ke siklus II.
2.
Siklus II
a.
Proses pengamatan
Pada evaluasi akhir perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan materi petunjuk penggunaan pesawat telepon siklus II dengan menggunakan
pesawat telepon langsung, ternyata dapat meningkatkan penguasaan siswa pada
materi. Siswa merasa lebih bisa mengerti materi, merasa lebih jelas biasa
menggunakan pesawat telepon langsung sehingga nilai yang diperoleh baik semua.
b.
Hasil belajar.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II ini bertujuan untuk
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. dari hasil perbaikan dapat
diperoleh data sebagai berikut:
Nilai
|
Jumlah siswa
|
Jumlah nilai
|
7
8
9
|
6
15
6
|
420
1200
540
|
Jumlah
|
27
|
2160
|
Rata-rata kelas
|
80
|
Dari data di atas diketahui
bahwa sebagian besar siswa sudah bisa menggunakan pesawat telepon dengan tepat.
Karena bisa dibuktikan pada hasil akhir perbaikan, nilai yang didapat di atas
80. Dengan demikian sudah ada peningkatan ketuntasan belajar.
D.
Refleksi
Dengan bantuan teman sejawat guru mengadakan
diskusi dan merefleksi diri untuk mencari solusi guna memecahkan masalah dalam
pembelajaran. Usaha untuk perbaikan pembelajaran dengan materi petunjuk penggunaan
pesawat telepon pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dalam dua
siklus perbaikan. Pada siklus I guru memusatkan perhatian pada siswa yang belum
menguasai materi pelajaran yang membuat rendahnya hasil evaluasi pada ulangan
akhir.
Dengan bantuan teman sejawat guru melakukan
observasi dan ditemukan bahwa selama perbaikan sebagian besar siswa kurang memperhatikan
materi. Meskipun sudah diupayakan dengan kerja kelompok tetapi hasil evaluasi
belum mencapai target yang diharapkan. Kemudian guru mengupayakan untuk mengadakan
perbaikan pada siklus II.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II
dilaksanakan guru dengan lebih memperhatikan kepada siswa yang nilainya belum
mencapai 8, artinya belum menguasai materi. Dengan memberi semangat dan pujian
kepada siswa agar mau mencoba menggunakan pesawat telepon yang tersedia untuk
mendapatkan nilai yang diharapkan. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berlangsung guru dan teman sejawat melakukan observasi, dan ditemukan bahwa
memberi motivasi dapat menguatkan siswa serta menggunakan peraga langsung (pesawat
telepon) yang baik menjadikan siswa lebih perhatian terhadap materi pelajaran.
Dibuktikan dengan hasil evaluasi pada siklus II lebih baik dibandingkan pada
siklus I.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI PER
SIKLUS
Pada perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dalam dua siklus ini, guru dapat memperoleh data yang
berwujud nilai dimana nilai tersebut adalah hasil evaluasi akhir siklus I dan
siklus II.
Saat siklus I dilaksanakan
dengan harapan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran meningkat, sehingga
hasil evaluasi diharapkan lebih baik. Meskipun telah diupayakan dengan kerja
kelompok namun hasil yang didapat masih belum seperti yang diharapkan, kemudian
dilanjutkan ke perbaikan pembelajaran siklus II.
Siklus II dilaksanakan sebagai
tindak lanjut dari siklus I dengan materi yang sama yaitu petunjuk penggunaan
pesawat telepon. Pada siklus ini guru lebih menekankan pada motivasi serta
pujian dan semangat kepada siswa agar dalam menggunakan telepon lebih mantap dan percaya
diri. Pada siklus II sudah menunjukkan perbaikan ke arah keberhasilan dilihat
dari hasil evaluasi jauh lebih baik dari siklus I.
Adapun hasil pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
1.
Siklus I
Setelah
melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang keterampilan komunikasi
lisan menggunakan media telepon di kelas IV SD N 1 Glagah diperoleh data hasil
evaluasi sebagai berikut:
Tabel
1. Nilai Siklus I
Nilai
|
Jumlah
Siswa
|
Jumlah
Nilai
|
60
|
18
|
1080
|
70
|
3
|
210
|
80
|
4
|
320
|
90
|
2
|
180
|
100
|
0
|
0
|
JML
|
27
|
1790
|
Rata-rata
|
|
66,30
|
Gambar 1. Diagram
Batang Nilai Siklus I
Berdasarkan hasil
evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I dari 27 siswa kelas IV masih terdapat
18 dari siswa yang mendapatkan nilai di bawah 80. Ini menunjukkan bahwa 77,77%
siswa belum sepenuhnya memahami materi pembelajaran. Oleh karena itu peneliti
mengambil tindakan untuk melanjutkan perbaikan pembelajaran ke Siklus II.
2.
Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi
perbaikan pembelajaran siklus I dan dan pelaksanaan perbaikan sesuai dengan
rencana siklus II didapati hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Siklus II
Nilai
|
Jumlah
Siswa
|
Jumlah
Nilai
|
60
|
0
|
0
|
70
|
6
|
420
|
80
|
15
|
1200
|
90
|
6
|
540
|
100
|
0
|
0
|
JML
|
27
|
2160
|
Rata-rata
|
|
80,00
|
Gambar 2. Diagram batang
nilai Siklus II
1. Hasil siklus I siswa yang mendapatkan nilai dibawah 80
masih sebanyak 21 anak dari 27 siswa, sedangkan pada siklus II 21 siswa telah
bisa mendapatkan nilai 80 ke atas.
2. Hasil siklus I prosentase ketuntasan pelajar hanya 66,33%
sedang pada siklus II prosentase yang diperoleh 80 %, berarti terjadi
peningkatan ketuntasan belajar.
B.
PEMBAHASAN DARI
SET1AP SIKLUS
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi menjelaskan petunjuk penggunaan pesawat telepon di kelas
IV A SDN 1 Glagah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo dilaksanakan dalam dua
siklus perbaikan sebagai berikut.
1.
Siklus I
Dalam siklus pertama siswa yang
berjumlah 27 dibagi menjadi 7 kelompok tiap kelompok beranggota ada yang 4 dan
3 siswa. Selanjutnya guru menjelaskan cara menggunakan pesawat telepon dengan
membacakan petunjuknya. Kemudian siswa bersama dengan kelompok untuk
mendiskusikan. Namun pada saat itu hasil yang diperoleh masih sangat rendah,
ini dikarenakan ada beberapa siswayang kurang aktif dalam kerja kelompok. Dan
juga siswa kurang memperhatikan mated yang dibahas.
Dengan demikian hasil evaluasi
yang diperoleh belum menunjukkan ke arah perbaikan. Sehingga guru berkonsultasi
dan berdiskusi untuk mencari solusi yang tepat agar ada peningkatan yang lebih
berarti kemudian dilakukan tindak lanjut yaitu perbaikan pembelajaran siklus
II.
2. Siklus II
Dalam pelaksanaan siklus II guru mengambil
sikap untuk menfokuskan kepada penggunaan peraga langsung berupa pesawat
telepon, serta memberi motivasi dan pujian dengan harapan siswa lebih menguasai
materi serta dapat menggunakan pesawat telepon dengan baik. Setelah
dilaksanakan evaluasi akhir ternyata anak kelihatan lebih percaya diri dalam
menggunakan pesawat telepon dan hasil penilaian yang diperoleh hasil jauh lebih
baik dari siklus I. Ternyata pembelajaran siklus II ini dapat meningkatkan
keberanian siswa dalam menggunakan telepon serta dapat menimbulkan rasa percaya
did siswa.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Setelah mengadakan kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi penggunaan pesawat telepon sebagai pelaksana kegiatan
dapat menyimpulkan beberapa hal:
1.
Penggunaan alat peraga
langsung seperti pesawat telepon dapat meningkatkan keterampilan komunikasi
lisan.
2.
Pemberian motivasi,
pujian dapat menimbulkan rasa percaya diri bagi siswa.
B.
SARAN
Dalam upaya peningkatan hasil belajar yang
berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia ada beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan oleh guru, diantaranya yairu:
1.
Penggunaan
bermacam-macam metode, strategi belajar mengajar serta pendekatan multi media
akan menghasilkan suasana belajar yang sehat dan menyenangkan sehingga membuat
siswa termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Guru harus bisa meramu
bentuk pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pcrkembangan anak.
3.
Usahakan dalam
memberikan penjelasan guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.
4.
Guru bertindak sebagai
fasilitator untuk membina dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
5.
Guru harus selalu
membuka diri dari pembaharuan-pembaharuan pembelajaran dan tidak segan untuk
bertukar pikiran serta pengalaman untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
yang ditemukan dalam tugas mengajar sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Andayani, dkk, 2007, Pemantapan Kemampuan Professional
Jakarta, Universitas Terbuka.
Deni, Setiawan, 2007, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta,
Universitas Terbuka
Dwi Lestari, dkk. (2004), Bahasa dan Sastra III, Klaten,
Intan Pariwara. KTSP. P.87
Hernawan, Asep Herry, dkk, 2006, Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran Jakarta, Universitas terbuka.
Purnawan kristanto, 2006, Memahami Proses Komunikasi,
http://www.sabdaspace.org/memahami proses komunikasi
Santoso, Puji, dkk, 2006, Materi dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Subagyo,dkk, 2006, Terampil
Bahasa Indonesia Untuk SD Kelas IV, Jakarta,
Bengawan Ilmu.
Wardani, IGAK, 2003, Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka.
_______.2004, Jaringan
Tema KBK.